Harga Kebutuhan Tidak Stabil Momok Usaha Jasa Boga

TIDAK stabilnya harga kebutuhan pokok membuat pemilik usaha katering rumahan berpikir keras agar usahanya tidak bangkrut seperti pantauan Warta Kota, akhir pekan lalu. Misalnya harga minyak goreng, telur, dan sebagainya yang kerap mengalami lonjakan harga. Sementara para pemilik usaha itu tidak bisa menyesuaikan harga setiap saat.
Mira Suharmi, pemilik katering rumahan ketika dihubungi mengatakan, gejolak harga kebutuhan merupakan tantangan dari usaha ini. Menurutnya kenaikan harga hingga Rp 1.000 sudah sangat berpengaruh untuk membelanjakan modal. Sementara harga yang ditawarkan tidak mungkin naik. Apalagi yang menjadi segmen adalah warga perumahan.
"Kami tidak mungkin harga jual melebihi dari harga makanan di warung-warung. Paling tidak apa yang kami tawarkan sama. Harga yang ditawarkan juga tidak bisa berubah setiap saat. Apalagi ini usaha sangat tergantung dari pelanggan rumahan. Yang membedakan katering menawarkan harga paket yang terdiri dari tiga sampai empat menu," ujar Mira yang tinggal di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.
Tidak stabilnya harga kebutuhan juga dirasakan oleh Supervisor Ampera Catering Hani Suanto. Dia mengatakan, meski tempat usaha yang dikelola melayani katering untuk acara besar tetap naik turunnya harga harus pintar-pintar dalam membelanjakan modal. Hani mengatakan, katering merupakan usaha jasa tidak mungkin mengurangi kualitas dalam mengelola masakannya.
"Di sini sudah ada standarnya. Misalnya telur. Jika harus memakai, contohnya, harus memasak 1 kg, ya memasak 1 kg. Karena harganya naik lalu jumlahnya dikurangi. Hal ini tidak boleh. Bahkan mengurangi jumlah butirnya juga tidak boleh. Begitu juga memakai minyak goreng. Minyak goreng hanya boleh dipakai menggoreng maksimal 3 kali. Setelah itu diganti lagi. Bahkan ada yang dipakai hanya 2 kali goreng setelah itu harus ganti. Kami tidak mau menggoreng pakai minyak goreng yang dipakai berkali-kali. Ini soal rasa. Rasa berubah konsumen pindah," ujar Hani.
Apalagi, kata Hani, usaha jasa boga ini merupakan usaha padat karya. Meski tidak semua memakai karyawan tetap. Saat ramai akan menggunakan tenaga kerja honorer. Termasuk saat mengantar katering ke suatu gedung. Maka mengenai harga menjadi hal yang sensitif bagi usaha katering.
Mira menambahkan, menu katering yang ditawarkan ada tiga paket dengan harga yang berbeda. Paket termurah adalah Rp 20.000. Dia mengatakan, harga paket yang ditawarkan itu hanya dibedakan dalam jumlah porsi. Paket termurah itu untuk memenuhi kebutuhan makan dua orang. Mira mengatakan, jika harga sembako sedang melejit harga jual Rp 20.000 sudah sangat mepet.
"Karena rumahan, kami baru belanja setelah mendapatkan order. Jika konsumen ingin berlangganan selama seminggu, baru belanja untuk kebutuhan selama seminggu. Tetapi tidak semua bisa dibelanja dan disimpan dalam seminggu. Seperti sayuran, cabai tidak mungkin disimpan selama seminggu. Paling yang bisa bertahan lama telur, minyak goreng, gula, dan tepung," kata Mira.
Hal senada juga dikatakan Hani. Bahwa tidak semua kebutuhan dapat disimpan berhari-hari. Menurutnya, untuk menyiasati kenaikan harga itu adalah beberapa kebutuhan yang dapat disimpan lama dibelanjakan lebih banyak. Tetapi tetap mempunyai toleransi waktu penyimpanan. Meski mempunyai pelanggan tempat untuk belanja sembako, bukan berarti harga dapat ditawar lebih murah.
"Kami punyai suplier. Tetapi ketika naik, ya suplier ikut naik harga. Pemasok juga sudah punya hitungan sendiri. Sebagai pengelola berharap harga kebutuhan dapat dijaga kestabilannya," ujar Hani. (ang)

Comments

Popular posts from this blog

Perusahaan Ini Melanjutkan Proyek Properti di Karawaci

Humobility World, Komitmen Daihatsu Terhadap Manusia dan Lingkungan (I)

Bursa Mainan Prumpung Jadi Pilihan